Setelah tidur sekitar 2 jam di Pom Bensin Negara (Kabupaten Jembrana, Bali), badan lumayan segar kembali.
Cuci muka gosok gigi, sekalian ngumpulin nyawa yang sebenarnya masih mau berleha-leha di pulau bantal.
Bagi para pembaca (yang belum baca jilid-jilid sebelumnya),
mungkin ada baiknya membaca Potongan kisah
SOLO-TOUR Jawa-Bali-Lombok dengan Megapro Engkel - PART 1 dan PART 2.
Agar bisa memahami cerita versi lengkapnya.
mungkin ada baiknya membaca Potongan kisah
SOLO-TOUR Jawa-Bali-Lombok dengan Megapro Engkel - PART 1 dan PART 2.
Agar bisa memahami cerita versi lengkapnya.
OK, LANJUTTTTT!
Buat para rider Solo-Tour,
sebenarnya sangat tidak disarankan untuk tidur di Pom Bensin,
kecuali dalam kondisi sangat terpaksa,
semisal tidak mendapatkan tempat untuk menginap,
atau dalam kondisi jalan macet parah tidak bergerak,
atau cuaca hujan sangat deras sehingga tidak mungkin melanjutkan perjalanan.
Alasan utama-nya adalah
Rider solo-tour butuh istirahat total untuk memulihkan stamina badan secara maksimal,
setelah riding di atas 12 jam Non-stop.
Dan tidak mungkin hal tersebut dilakukan dengan tidur di Pom-Bensin.
Terkadang, bukannya badan jadi seger,
malah stamina makin nge-drop karena kondisi tidur yang tidak layak
(tidur di lantai keramik / semen).
Dan kondisi stamina yang nge-drop bisa sangat berbahaya bagi Rider Solo-Tour.
Jika hanya istirahat 10-15 menit untuk menghilangkan penat,
ya tidak mengapa.
Tapi kalu mau istirahat sebentar, kan lebih enak cari warkop / warteg,
biar bisa sekalian ngopi / makan, "begitu ganti."
Berdasarkan pengalaman tahunan solo-tour,
saya sangat menyarankan agar jadwal istirahat (sebentar)
dilakukan bersamaan dengan waktu makan (sarapan / makan siang / makan malam).
Sehingga stamina dan tingkat kesadaran bisa dipertahankan / stabil.
Terlalu sering berhenti untuk istirahat malahan tidak efektif.
Oleh karena itu, design posisi jok / stang motor, dan posisi mengemudi rider
adalah faktor yang utama.
Motor sport balap memang tidak di design untuk touring jarak jauh.
Maka-nya pihak pabrikan sengaja men-design motor sport touring.
Jangan paksa motor sport balap buat touring jarak jauh.
Kagak percaya, coba aja jalan non-stop 12 jam pake NINJA 250.
Dan bagi saya pribadi, touring beramai-ramai bisa jadi malapetaka,
karena rider harus membagi konsentrasi antara motor-nya sendiri,
dengan motor / rider yang lain.
Terlebih, jarak yang terlalu dekat dengan rider lain dalam satu group touring,
menambah resiko terjadinya insiden.
Touring boncengan pun sebenarnya juga tidak disarankan,
Rider butuh stamina / konsentrasi extra
buat mengendalikan motor dalam kurun waktu yang cukup lama.
RUTE NEGARA-DENPASAR
Sebelum matahari terbit, saya langsung bergegas menuju Kota Denpasar via Tabanan.
Dan rute ini cukup mengasyikan karena kondisi jalan cukup bagus,
arus lalu-lintas lengang di pagi hari,
dan pemandangan alam Bali hadir dalam kehangatan sinar mentari.
Sampai di Tabanan saya sempatkan untuk mencari Sarapan khas Bali;
Nasi Jinggo yang banyak dijual di pinggir jalan menjadi teman ngopi.
Toh jarak antara Tabanan dan Kota Denpasar tidak sampai 30KM,
untuk apa terburu-buru sampai di Denpasar?
Nikmati dulu alam Tabanan yang asri,
berpadu serasi dengan kehangatan warga Tabanan.
Jauh berbeda dengan hiruk-pikuk di Kota Denpasar.
Setelah badan segar, langsung tancap ke Denpasar.
Dan hal pertama yang saya cari adalah tempat tinggal.
Karena saya berencana menetap di Pulau Bali setidaknya 10 hari,
sepertinya Hotel / penginapan harian bukanlah pilihan yang tepat.
Tempat kost bulanan menjadi pilihan saya.
Bukan hanya karena budget saya terbatas,
namun pertimbangan saya lebih ke arah flexibilitas.
Toh jika saya betah tinggal di Bali,
Saya tinggal perpanjang sewa kost.
Saya sangat bersyukur ada Bapak Kost yang baik,
memperbolehkan kamar kost-nya di sewa selama 1 bulan.
Harus di-ingat,
pada masa itu, situs-situs penyewaan tempat tinggal di Indonesia belum banyak berkembang
(Tidak perlu sebut nama situs internet, nanti dibilang iklan lagi).
Hanya ada beberapa website untuk hotel-hotel berbintang.
Ya, itu kan cuma buat kalangan wong sugih bos.
Setelah masuk Kost,
langsung istirahatkan badan dan motor.
Hari itu konsentrasi hanya tertuju pada perawatan motor,
yang sudah menempuh jarak sekitar 1500KM dari Jakarta.
Kondisi belepotan karena kehujanan sepanjang jalan,
motor wajib di cuci / di poles pada bagian2 tertentu biar tetap kinclong.
pengecekan motor pun harus dilakukan secara detail.
Hal penting berikutnya adalah mencari bengkel resmi Honda / AHASS.
Tujuan utama adalah mengganti oli, cek setelan klep,
bersihkan karburator / filter udara / debu dalam tromol belakang,
setel rantai sekaligus kasih oli.
dan ganti bos gir (memang sudah waktu-nya ganti bos gir).
Loh, kan oli Castrol GTX bisa buat 5000KM sebelum ganti baru,
atau setidaknya bisa buat 3000KM,
Kenapa baru 1500KM sudah di ganti?
Saran saya pribadi, buat rider yang mau merawat mesin motor,
Jangan pelit buat ganti oli.
Kondisi mesin motor touring yang "dipaksa" kerja di atas 12 Jam NON-STOP,
butuh perhatian extra.
Terlebih jika motor main di RPM atas terus-menerus.
Pertimbangan lain adalah
Design mesin motor yang menggabungkan oli mesin dengan oli transmisi,
membuat oli cepat kotor.
Beda sama mobil, dimana oli mesin dan oli transmisi PISAH.
RUTE DENPASAR-LOMBOK
Setelah urusan motor beres,
saya hanya ingin santai dan luangkan waktu untuk istirahat lebih banyak.
sembari cuci pakaian / sepatu yang basah / bau karena kehujanan.
Entah kenapa, ternyata di Kost-an nyamuknya gede-gede dan galak-galak,
udah pake sarung satu badan, masih di serbu nyamuk.
Walhasil, saya baru bisa benar2 tidur nyenyak dini hari,
Dan bangun kesiangan.
Padahal hari itu saya sudah rencana berangkat ke pulau Lombok sepagi mungkin.
Telat deh.
Ya sudah, cepat-cepat bawa ransel kecil untuk isi pakaian seperlu-nya,
Karena saya tidak punya rencana berlama-lama di Pulau Lombok.
Sesampainya di Pelabuhan Padang Bai,
ternyata sudah sore, sekitar Pukul 15.00WITA / 14.00WIB.
Saya mendapat informasi dari petugas pelabuhan
bahwa Jarak tempuh feri dari Pelabuhan Padang Bai ke Pelabuhan Lembar sekitar 3 Jam.
Langsung beli tiket, langsung naikkan motor ke feri, berangkat.
Pemandangan di Pelabuhan Padang Bai benar-benar indah.
Kita bisa langsung melihat ikan2 dengan jelas karena air-nya yang super jernih.
Ditambah angin laut yang segar dan nggak bau amis / sampah,
benar2 menambah semangat untuk melanjutkan perjalanan.
Di atas feri saya menikmati matahari yang perlahan mulai tenggelam.
Dan senja berganti malam,
ombak laut yang awalnya tenang, berubah tidak bersahabat.
Dasar saya anak motor, kagak tahan di goyang ombak tinggi di kawasan Samudera Hindia.
Perasaan mau muntah walaupun saya sudah ambil posisi tiduran terlentang.
Kalu berdiri / duduk, barangkali saya sudah muntah dari tadi.
Dan ternyata, estimasi waktu tempuh 3 jam molor jauh,
menjadi lebih dari 5 jam.
Kemungkinan besar karena adanya ombak tinggi saat itu.
Mendekati pelabuhan Lembar di Pulau Lombok,
waktu sudah hampir Pukul 20.00WITA / 19.00WIB
Saya coba bangun dan turun ke dek bawah dekat parkiran motor.
Tidak sengaja bertemu dengan salah satu anggota TNI,
Bapak Zaenal namanya, kalau saya tidak salah ingat,
yang kebetulan Orang asli Lombok Tengah.
"Mau kemana Pak?" tanya-nya;
"Oh, saya mau jalan-jalan ke Lombok Utara, kawasan Kaki Gunung Rinjani," jawab saya.
"Wah, ini udah malem Pak, sangat rawan jalan sendirian naik motor di Pulau Lombok selepas waktu Magrib."
"Oh ya? Kenapa Pak?" Tanya saya.
Dan obrolan terus berlanjut sampai Feri benar2 bersandar di Pelabuhan Lembar.
Singkat cerita,
Bapak Zaenal itu bercerita bahwa banyak sekali kasus begal motor di tengah jalan,
tidak sedikit korban yang berakhir meninggal,
dan jasadnya di lempar di kali / bawah jembatan.
Sebagai Catatan Khusus bagi semua pembaca,
waktu dulu, memang Pulau Lombok terhitung rawan,
kondisi jalan yang kecil dan tidak bagus,
penerangan jalan yang sangat minim,
dan tingkat perekonomian masyarakat Lombok yang masih jauh dibandingkan warga Bali.
Jauh berbeda dengan kondisi sekarang.
Tahun 2018 yang lalu saya berkesempatan pergi ke Lombok,
buat jadi tour guide wisatawan mancanegara,
dan saya benar2 kaget luar biasa,
Jalan2 dari Pelabuhan dan Airport ke pusat Kota Mataram sudah bagus
masing-masing 2 jalur, lebar dan bersih,
dilengkapi dengan pembatas jalan permanen,
dan lampu penerangan terang benderang di sepanjang jalan.
Dan yang pasti, tingkat perekonomian masyarakat Lombok jauh lebih baik,
karena sektor pariwisata Lombok sudah bisa bersaing dengan Bali.
Inti-nya tidak perlu takut lagi untuk pergi ke Pulau Lombok.
Jangan salah kaprah dulu ya pak bos,
ini bukan iklan politik,
Tetapi faktanya tidak sedikit orang Lombok yang saya temui di Tahun 2018,
berterima-kasih kepada pemerintah karena telah membangun International Aiport Zainuddin Abdul Madjid.
Semenjak itu, "preman-preman" di Lombok sudah jauh berkurang,
beralih menjadi "penjaga" Pulau Lombok,
Ya, semua demi sektor Pariwisata di Pulau tersebut,
dan ujung-ujung-nya juga demi kesejahteraan seluruh Masyarakat Pulau Lombok.
Lanjut cerita-nya,
Pak Zaenal menyarankan saya untuk tinggal 1 malam di-rumahnya di kawasan Lombok Tengah,
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Saya kontan setuju.
Turun dari Feri,
kami langsung menuju rumah Pak Zaenal.
Dan saya disambut hangat oleh orang seisi rumah.
Saya sangat beruntung karena dapat menikmati kehangatan dan kebaikan tulus keluarga Pak Zaenal,
walaupun tinggal di rumah kampung yang sederhana,
namun hal tersebut tidak dapat dibayar dengan uang.
Esok harinya, selepas mandi dan sarapan pagi,
saya pamit dan berterima kasih banyak kepada Pak Zaenal dan keluarga.
Dari kawasan Lombok Tengah,
Solo Tour saya lanjutkan menuju kawasan Lombok Utara,
tujuan utama saya adalah Pos Jaga rute pendakian SENARU di kaki Gunung Rinjani.
Memang dari dulu saya mau banget bisa Hiking sampai puncak Gunung Rinjani,
dan menikmati suasana tenang di danau Segara Anak.
Pemandangan disepanjang pesisir Pantai Lombok Barat sangat indah,
namun jalan-nya tidak bagus pada waktu itu;
kecil, bergelombang, berpasir dan tidak sedikit lobang besar dan kecil.
beda jauh dengan kondisi hari ini.
Pun, jarang sekali terlihat kendaraan bermotor lalu-lalang.
Paling hanya sesekali berpapasan sama Bule-bule yang naik motor rental,
atau mobil2 pick-up yang bermuatan penuh.
Beda jauh dengan kondisi saat ini,
dimana banyak sekali bertebaran villa / cottage / hotel / penginapan / cafe disepanjang jalan di area Lombok Barat;
Mobil, motor dan manusia banyak yang lalu-lalang.
Inti-nya, motor tidak mungkin di-gas poll di sepanjang jalur pesisir pantai Lombok Barat.
Memasuki area Lombok Utara / selepas Pamenang,
motor baru bisa di gas poll di sepanjang Jalan Raya Bayan,
Perjalanan sangat nikmat karena jalan terhitung bagus,
dan tidak banyak kendaraan lewat.
Pemandangan pesisir pantai Utara Pulau Lombok menambah nikmatnya tour di rute ini.
Sampai di Pos Jaga SENARU kaki Gunung Rinjani,
saya langsung ngobrol dengan salah satu petugas jaga.
Kebetulan waktu itu bukan musim liburan anak sekolah,
Suasana jalur pendakian sedang sepi pengunjung.
Setelah ngobrol, saya putuskan tidak hiking di Gunung Rinjani.
Bukan permasalahan waktu tempuh yang bisa mencapai 2-3 malam,
akan tetapi Price List yang diterapkan untuk wisatawan lokal disamakan dengan wisatawan mancanegara.
Pada waktu itu (2008), total budget bisa di atas USD200 atau sekitar 2,8juta Rupiah.
Ya memang semua sudah all include
(sudah termasuk peralatan / perlengkapan, porter / tour guide, dan logistik).
Namun jumlah tersebut terbilang sangat signifikan buat kantong saya.
Daripada sia-sia sudah jauh-jauh ke SENARU,
saya sempatkan untuk turun ke air terjun Tiu Kelep.
Hiking naik turun tangga terbayar dengan pemandangan air terjun yang masih asri.
Kondisi-nya masih sepi,
Hanya ada satu keluarga Bule sedang bermain air.
dan beberapa anak kecil (penduduk lokal),
Saya tidak mau melewatkan kesempatan untuk mandi di air terjun.
Lumayan, setidaknya badan jadi seger.
Dan karena Gunung Rinjani adalah tujuan utama saya ke pulau Lombok,
tidak ada alasan lain saya bermalam di Pulau Lombok.
Motor saya ajak kembali ke Pelabuhan Lembar.
Namun, saya tidak mau melewatkan makanan Khas Lombok,
AYAM TALIWANG.
Sebelum matahari terbenam, saya sempatkan mampir ke Kota Mataram,
dan Makan Ayam Taliwang di salah satu rumah makan legendaris di Kota Mataram
(ndak usah nyebut merek, semua orang Lombok juga pada tahu).
Perut kenyang, lanjut ke pelabuhan Lembar.
Dan ternyata lautnya sangat indah dan tidak kalah dengan laut di Pelabuhan Padang Bai.
Nuansa SUNSET kala itu melengkapi keindahan Pulau Lombok.
Puas rasanya saya bisa solo-tour ke Lombok,
walau hanya 1 hari.
NANTIKAN KELANJUTAN KISAH SOLO TOUR JAWA-BALI-LOMBOK DENGAN MEGAPRO ENGKEL - PART4
DAN JANGAN LUPA BACA KISAH SOLO TOUR JAWA-BALI-LOMBOK DENGAN MEGAPRO ENGKEL - PART1 dan PART2
TETAP SEHAT, TETAP DISIPLIN 3M di masa pandemi Covid 19.
mantap bos.....kpn kpn kita kopidarat aku dari Bogor....emailku : berryarham@gmail.com
ReplyDeleteaku minta email nya bang klo boleh
Mantab bang, jakarta-bogor deket via parung enak-santai. Maaf bang, chatting via blogspot saja.
Delete