Skip to main content

SOLO-TOUR Jawa-Bali-Lombok dengan Megapro Engkel - PART 2

Pertengahan Tahun 2008, saya baru punya kesempatan untuk merencanakan dan mengeksekusi solo tour Jawa-Bali-Lombok. Lantaran ini kali pertama saya solo tour Jarak jauh, persiapan kudu matang. Dari perhitungan awal, jika lewat rute pantura bisa menempuh jarak total 1500 KM.


Beruntung pada saat itu, ada panduan dari peta arus mudik keluaran Radio SONORA.
Peta cukup detail, 
tidak hanya memberikan informasi kota-kota yang akan dilalui,
namun dilengkapi juga dengan jarak tempuh, posisi pom bensin dan posisi atm.
Pun terdapat nomor telepon kepolisian yang dapat dihubungi, 
kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diharapkan di tengah jalan.

Persiapan motor wajib hukumnya;
Karena mesin motor juga masih dalam kondisi "perawan", persiapan jadi simpel.
Cukup ganti oli pakai oli dengan yang bagus, jangan pelit kalu soal yang satu ini.
Khusus yang satu ini, saya masih percayakan kepada Castrol GTX 20W/50 - bukan iklan loh
(sayang sekali, sekarang tuh barang sudah tidak ada dipasaran).
Busi ganti baru, saringan dan karburator dibersihkan.
Bolehlah masukkan sedikit oli bekas pada lobang knalpot belakang.

Selebihnya hanya pengecekan kaki-kaki; 
rem, gir dan rantai, ban (oh ya, selalu siapkan ban dalam baru yang bagus).

Pastikan juga sistem kelistrikan berfungsi semua;
dan itulah mudahnya ngecek kelistrikan motor engkel, 
cuma butuh cek aki, lampu2 dan klakson (penting nih).

Jangan sekali-kali menganggap remeh fungsi speedometer, odometer, serta indikator RPM dan bensin, 
karena ketiga indikator tersebut sangat dibutuhkan untuk solo tour jarak jauh.
Juga jangan pelit, pastikan aki bagus kalu tidak mau CDI jebol,
karena mesin motor bisa nyala di atas 12 jam non-stop 
(kalaupun stop, hanya untuk makan / isi bensin sebentar).

Jangan pernah lupa dokumen penting seperti STNK-SIM-KTP dan tentunya kartu ATM.
Baterai HP wajib penuh (Jaman itu belum punya smartphone gan),
dan pastikan pulsa cukup memadai biar aman.

Kelengkapan seperti jas hujan dan toolkit penting wajib ada.
Masker, sarung-tangan, jacket, sepatu dan kaos kaki jangan ditanya lagi.
Jangan lupa, semua pakaian dan barang2 bawaan dilapis plastik,
termasuk HP, Dompet, Pulpen dan Peta.
biar nggak basah kalau hujan turun.

Kelihatan-nya sepele,
tetapi saya sangat menyarankan pakai jam tangan digital yang punya fasilitas lampu jam
(Kagak usah sebut merek, nanti dipikir iklan lagi).
Agar rider bisa selalu monitor waktu,
dan memperhitungkan jarak tempuh.

Sangat disarankan pakai pelindung dada; 
kalau nggak ada dana, pakai kardus di-lapisin plastik aja.
Kagak haram kog hukum-nya, yang penting badan aman.

Rencana perjalanan awal di susun dengan mengambil rute Jakarta-Cikampek-Cirebon-Rute Pantura s/d Surabaya dan Banyuwangi, 
sebelum akhirnya nyebrang menggunakan feri di pelabuhan Ketapang-Gilimanuk.

Rencana-nya:
Perhentian pertama di kota Semarang, 
perhentian kedua di kota Surabaya, 
dan perhentian ketiga di kota Denpasar.
Selanjutnya rencana tour berlanjut ke Pulau Lombok via penyebrangan feri Lembar-Padang Bai.
Toh solo tour ini bukan buat kejar setoran kayak sistem bus malam,
kenapa harus cepat2 sampai di tujuan,
dan melewati kenikmatan solo riding.

Semua siap dan SOLO-TOUR selalu di mulai dan di-iringi dengan DOA.

RUTE JAKARTA-BEKASI-CIKARANG-CIKAMPEK-CIREBON-PANTURA-SEMARANG


Jam 22.00 WIB (10 malam) dipilih untuk menghindari kemacetan di Jakarta-Bekasi pada saat jam sibuk kerja.
Toh, ternyata rute Jakarta-Kalimalang-Cikarang masih cukup padat walaupun waktu sudah malam.
Dan mesin motor pun terpaksa kerja extra untuk jalan-stop-jalan.

Selepas Cikarang, jalan pun mulai berangsur lengang, 
maklum hampir tengah malam.
Namun tingkat kewaspadaan harus semakin tinggi 
karena kondisi jalan yang kurang penerangan,
dan ada saja lobang-lobang gede nyebrang jalan sembarangan 
(lobang kog bisa nyebrang, hehehe...).
Wajar lah, rute antar kota-antar provinsi ini kan banyak dilewati sama truk-truk gede yang overload, 
dan jalan-nya kayak bekicot.

Walaupun hujan tidak turun, 
lampu motor ternyata tidak cukup terang,
kalah sama lampu mobil / truk dari arah berlawanan.
Pedes rasa-nya mata ditembak lampu high-beam mobil/truk;
Dasar rider Indonesia, 
nggak tahu kapan harus pake lampu biasa, 
dan kapan harus pakai high-beam.
Kagak peduli sama nasib orang di sisi sebrang jalan.

Setelah menempuh jarak sekitar 250KM, masuk kabupaten Cirebon,
waktunya isi bensin pertama.
Dan tour dilanjutkan menuju Kota Semarang.

Dari perhitungan awal, 
seharusnya Jakarta-Semarang dapat ditempuh dalam kurun waktu 6-7 jam,
Karena jarak Jakarta-Semarang hanya sekitar 480-500KM.
Sehingga, jika tour dimulai Pukul 22.00WIB,
secara teori, motor bisa sampai di Semarang sekitar Pukul 05.00WIB pada hari berikutnya.

Namun, perhitungan saya meleset 
karena kemacetan jalan di rute Jakarta-Bekasi-Cikarang menghabiskan banyak waktu.
Belum sampai Pekalongan Barat, 
sudah waktu Sholat Subuh.
Dan stamina badan mulai berkurang berhubung pada hari sebelumnya, 
tenaga dihabiskan untuk pengecekan akhir solo tour.
Sementara jarak antara Pekalongan-Semarang masih sekitar 80-90KM.
Daripada memaksakan diri, 
saya putuskan untuk tidur sebentar di salah satu pom bensin di area Pekalongan Timur,
ditemani para supir/kenek truk antar-kota antar-provinsi.

Sebelum matahari terbit, 
saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Semarang.
Dan untung saya putuskan untuk istirahat sebentar di Pekalongan Timur, 
karena rute Batang-Weleri (area Alas Roban) cukup berbahaya,
Kontur jalan yang kurang bagus (bergelombang), 
dan banyak-nya truk truk gede yang lalu lalang,
meminta kewaspadaan extra.

Selepas Kendal, matahari mulai terbit,
dan karena kurang tidur mata terasa agak perih di terpa sinar mentari yang datang dari arah timur.
Namun saya semakin bersemangat karena Kota Semarang sudah dekat.
Dan gas di-tancap terus sepanjang rute kendal-kaliungu-semarang.

Sekitar pukul 08.00 WIB, akhirnya tiba di Kota Semarang.
Pas waktu sarapan, cari makanan Khas Semarang.
Dan memastikan kondisi tangki penuh kembali.

Karena kebetulan ada teman dekat di Semarang, 
saya sowan ke-rumahnya.
Ngumpul bareng keluarga, sambil ngobrol2 / ngopi bareng.
Tidak lupa saya sempatkan waktu cari sego kucing di Semarang.
Saya putuskan untuk istirahat 1 malam di-rumahnya.

RUTE SEMARANG-DEMAK-KUDUS-PATI-REMBANG-TUBAN-JOMBANG-BATU-MALANG

NAMUN karena jam tidur sudah berubah, 
malam itu saya tidak bisa tidur di rumah teman saya.
Daripada badan dan mata kagak karuan di pagi hari,
saya putuskan untuk lanjutkan perjalanan sekitar tengah malam.

Rute antara Semarang dan Tuban ditandai dengan kontur jalan yang kebanyakan lurus,
sehingga motor bisa di geber sampai kecepatan maksimum,

Dan ternyata saya salah.
Khusus untuk solo tour jarak jauh, 
tidak seharusnya motor di geber maksimum.
Karena getaran mesin pasti jauh lebih besar,
dan untuk jangka panjang, mesin akan lebih cepat aus / rusak.
Yang pasti, untuk jangka pendek, 
setelan klep bisa berubah,
dan berpengaruh terhadap tenaga (kurang optimal) 
dan tentunya bunyi mesin (lebih kasar).

Faktanya, 
Karakter mesin Megapro adalah OVERBORE (Diameter lebih gede daripada langkah) dan HIGH-REV.
artinya tenaga mesin semakin terasa pada RPM atas,
dan RPM tetap mau naik walaupun sudah mencapai 10ribu (Batas angka merah).
Tanpa sensitif terhadap getaran mesin yang sudah meraung,
Rider bisa terus gas pol Megapro, 
tanpa sadar efek jangka panjang terhadap umur mesin.

Tolong para pembaca budiman, 
bedakan karakter mesin 4-tak dengan 2-tak ya.
Karaktek mesin motor sport 2 tak sekelas RX-King / RGR / NSR 
memang dapat dengan mudah mencapai RPM di atas 12ribu.
Bahkan untuk design motor balap / MotoGP, 
mesin 2-tak bisa mencapai RPM 20ribu (muke gile).
Namun begitu, tanpa torsi yang memadai, 
punya RPM tinggi juga percuma bos.

Belum sampai Kota Rembang, 
saya sadar ada yang aneh dengan si Megapro.
Akhirnya saya putuskan untuk minggir dan cek kondisi motor.
Ternyata anting / klem knalpot yang dibaut dengan dudukan footstep kanan PUTUS. 

Catatan penting buat yang punya Megapro, 
sangat disarankan buat kasih tambahan karet ban dalam 
buat meredam getaran di anting knalpot.

Walah, mana waktu itu belum genap subuh.
Beruntung saya ketemu tukang las pinggir jalan yang buka (dini hari loh).
Anting knalpot akhirnya berhasil di sambung dengan las listrik.
Setelah semua di rasa OK, 
perjalanan dilanjutkan.

Sesampai di TUBAN, matahari mulai terbit,
dan entah kenapa saya memutuskan untuk berbelok ke arah selatan 
menuju Kota Babat.

Mungkin karena saya bosan melihat pesisir pantai sebelum mencapai kota Tuban,
atau saya sebelumnya pernah solo tour keliling jawa dengan mobil carry angkot,
menyisir rute utara tengah malam sampai Kota Surabaya,
yang jalannya kurang begitu bagus 
(kecil, berkelok-kelok, banyak pasir/tanah, area hutan dan super gelap).

Di Kota Babat saya stop sebentar buat sarapan dan isi bensin,
Sengaja cari SOTO khas Jawa Timur-an.
Rasa-nya manyusss pokoke, 
lah wong makan di warung pinggir jalan 
yang masih mempertahankan ciri khas masakan Jawa Timur.

Dan entah kenapa selama pengalaman solo tour 
saya selalu ikuti kata hati.
Alih-alih berbelok ke arah timur 
lewat jalur Kota Lamongan-Gresik-Surabaya,
Saya putuskan terus ke selatan menuju Kota Jombang.

Loh, kog jadi berubah dari rencana awal?
Bagi saya pribadi, 
ikuti kata hati selalu menjadi resep ampuh selamat di jalan.
Sudah terbukti dari pengalaman tahunan solo tour.

Dari Jombang, 
saya putuskan terus ke selatan menuju Kota Batu dan Kota Malang,
via rute kandangan dan pujon.

Bagi yang belum terbiasa solo tour, 
sebaiknya menghindari Rute Pujon,
karena rute jalur pegunungan ini sangat berbahaya,
tidak hanya jalan kecil dan berkelok,
Kondisi jalan yang licin karena pasir / tanah menambah resiko kecelakaan.
Untung-nya saya lewat rute ini pas pagi hari 
dan cuaca sedang cerah ceria.

Saya tidak berhenti di Kota Batu 
(walaupun pengen banget rasanya).
Toh jarak antara Kota Batu dan Kota Malang hanya sekitar 20KM.

Sampai di Kota Malang, 
saya luangkan waktu untuk cari makanan Khas Kota Malang,
sekalian pastikan bensin Full-Tank kembali.
Mungkin lagi ngidam makan mie pake cabe pedes,
Ya diputuskan cari Mie Gang Jangrik di Kota Malang,
Wong Malang pasti tahu rasanya Mie Gang Jangkrik.

RUTE MALANG-LUMAJANG-JEMBER-BANYUWANGI-NEGARA


Waktu sudah lewat tengah hari,
tanpa buang-buang waktu, 
tour saya lanjutkan menyusuri jalur selatan ke Kota Lumajang.
Lewat Rute Dampit-Pasirian di kawasan kaki Gunung Semeru.

Orang Malang dan Lumajang pasti tahu persis 
betapa berbahaya-nya Rute Dampit-Pasirian.
Lah mau bagaimana lagi, 
itu kan satu-satunya jalur utama dari Kota Malang menuju Kota Lumajang.

Sekali lagi, 
buat yang belum banyak jam terbang solo tour,
sangat tidak disarankan lewat rute ini, 
sangat beresiko.
Apalagi lewat rute ini selepas Magrib, 
jangan coba-coba ya.

Karakter jalan yang kecil (paling cuma cukup buat 2 carry angkot), berkelok-kelok, dan licin;
ditambah dengan keberadaan jurang besar / kecil, tanah yang rawan longsor, 
menambah lengkap faktor resiko kecelakaan lalu lintas.
Dikelilingi oleh hutan lebat kawasan taman nasional Gunung Semeru.
Pastinya gelap gulita dan jarang manusia yang lewat selepas Magrib.

Sebelum sampai di Dampit, 
hujan turun tidak hentinya, 
menambah resiko perjalanan.
Ditambah pasir bertebaran dijalan 
lantaran banyaknya aktivitas penambang pasir di sepanjang rute ini.

Namun semua itu terbayar 
karena pemandangan alam yang sangat indah di sepanjang perjalanan.
Jalan pelan-pelan, badan basah kuyup, 
dinikmati dengan hangatnya alam hutan Gunung Semeru.
Sayang sekali saya tidak bisa mampir sebentar 
buat ngopi / makan jagung bakar di sana.
Perjalanan harus diteruskan.

Walaupun jarak antara Kota Malang-Lumajang hanya sekitar 140-150KM,
namun cukup memakan waktu tempuh 
karena kondisi sangat tidak memungkinkan untuk ngebut,
sekalipun anda pake motor super kenceng,
kecuali mau cari mati / cari masalah.

Saya baru bisa tiba di Kota Lumajang sore hari 
selepas waktu adzan Ashar.
Mampir di warung pecel lele untuk bersih-bersih habis basah kuyup,
sekalian ganti baju dan isi perut.
Biar stamina kembali buat melanjutkan perjalanan.

Sambil tenang2 ngopi, 
saya atur ulang rencana solo tour.
Jarak antara Lumajang-Jember-Banyuwangi hanya sekitar 180-200KM.
Ya kurang lebih setara dengan jarak antara Jakarta-Bandung.
Estimasi waktu tempuh antara 4-5 jam.
Maksimum 6 Jam jika kondisi tidak memungkinkan.

Saya pikir masih bisa meneruskan perjalanan setidaknya sampai Kota Jember,
dan bermalam di Jember.
Sehingga pada hari berikutnya, 
saya bisa langsung sampai ke Kota Denpasar.

Tanpa pikir panjang, langsung tancap gas menuju Jember,
lewat rute Rambipuji.
Beruntung-nya di sepanjang rute ini, 
jalan bagus dan tidak banyak kendala yang berarti.

Walapun waktu sudah malam, 
entah kenapa sesampai di Kota Jember,
saya putuskan untuk terus ke Kota Banyuwangi,
Sekedar mengikuti kata hati saja.

Yang perlu diwaspadai adalah 
rute Sempalan-Kalibaru-Genteng-Rogojampi,
yang kebetulan berada dekat kawasan Dataran Tinggi Ijen (kaki Gunung Raung).
Sekali lagi, ketemu jalanan yang kurang bersahabat bagi para rider.
Butuh kewaspadaan extra, 
apalagi perjalanan dilakukan pada malam hari yang gelap gulita.
Tidak ada lampu penerangan di sepanjang jalan.

Dan perhitungan saya tepat,
sampai di Kota Banyuwangi sekitar Pukul 22.00WIB
Nomor satu yang harus dilakukan adalah memastikan tangki full-tank kembali.
Dan tentunya isi perut yang mulai kosong.
Nasi goreng pinggir jalan di Banyuwangi ternyata enak rasa-nya.

Saya menyempatkan diri ngobrol sama tukang nasi goreng 
tentang kondisi penyebrangan feri di Pelabuhan Ketapang.
Ternyata 24 Jam NON-STOP, 
dan selalu ada feri yang berangkat.
Wajar saja, 
karena itu jalur utama kiriman logistik dari Pulau Jawa ke Pulau Bali.

Badan terasa masih segar walaupun hampir 24 jam tidak tidur,
selepas berangkat dari rumah teman saya di Kota Semarang.

AHHH, 
saya pikir kenapa tidak sekalian nyebrang aja ke Bali,
pasti banyak penginapan yang tersebar di seantero Pulau Bali.
Lagipula, menurut info dari orang sekitar, 
waktu tempuh feri hanya 2 jam.
OK lah kalu begitu,
langsung beli tiket feri, dan nyebrang ke Gilimanuk.

Ternyata waktu tempuh Feri sekitar 3 jam,
mungkin karena lama menunggu giliran sandar kapal di pelabuhan Gilimanuk.
Walhasil, 
motor baru bisa mendarat di Gilimanuk nyaris Pukul 02.00WIB / 03.00WITA.

Dan saya langsung bergegas menuju Negara untuk mencari tempat penginapan.
Toh saya pikir jarak Gilimanuk-Negara hanya sekitar 30KM,
dan jalan cukup lengang waktu itu,
Hanya beberapa truk gede dan satu/dua mobil yang ditemui di sepanjang jalan,
tidak terlihat motor lalu lalang saat itu.
Pun, kondisi jalan di Pulau Bali juga lebih baik,
walaupun sama-sama gelap di waktu malam hari.

Sesampainya di Negara, 
waktu sudah menunjukkan Pukul 03.00WIB / 04.00WITA.
Dan ternyata saya tidak dapat menemukan penginapan di sepanjang jalan.
Sementara Jarak Negara-Tabanan masih cukup jauh (sekitar 80-90KM).

Mempertimbangkan kondisi badan dalam setingan solo tour jarak jauh,
dan pada waktu itu, 
saya belum tidur selama lebih dari 27 Jam.
Terpaksa saya putuskan untuk mampir dan tidur di Pom Bensin di kawasan Negara.
Sekali lagi, 
ditemani para supir / kenek truk.

NANTIKAN KELANJUTAN KISAH SOLO TOUR JAWA-BALI-LOMBOK DENGAN MEGAPRO ENGKEL - PART3
DAN JANGAN LUPA BACA KISAH SOLO TOUR JAWA-BALI-LOMBOK DENGAN MEGAPRO ENGKEL - PART1.

TETAP SEHAT, TETAP DISIPLIN 3M di masa pandemi Covid 19.

Comments

Popular posts from this blog

Honda Megapro 2001 engkel: GL-Pro III yang tak lekang dimakan waktu

Masih teringat jelas kenikmatan touring bersama Honda GL-Pro Neotech 1997 yang hilang  digondol maling hanya 3 bulan berselang setelah motor dikirim dari dealer. Sementara motor Yamaha RX-Special 1997 hasil tebusan uang asuransi si GL-Pro sudah  mulai nggak enak ditunggani dan mesin sudah mulai kasar semenjak blok mesin di- oversize 50. Rasanya deg-degan kalau bawa si RXS touring keluar kota lagi. Pilihan motor 4-tak kopling yang pakai cakram juga tidak banyak di Tahun 2001,  paling-paling Honda GL-Max, Megapro atau Tiger. Kalau ada dana lebih sih, minatnya  beli Suzuki Thunder 250 atau Honda Phantom 4-tak (Phantom juga ngeluarin varian 2-tak  loh!) atau Suzuki FXR 150 DOHC. Ditambah pertimbangan kemungkinan kelangkaan spare parts Thunder 250, Phantom dan  Suzuki FRX, akhirnya pilihan jatuh pada Honda Megapro 2001 engkel. Uang tabungan hasil kerja 1,5 tahun ditambah uang penjualan si RXS langsung saya  belikan Honda Megapro di dealer Wahana - G...

Suka-duka naik motor Yamaha RX Special 1997

Biker sejati mana yang tidak tahu Yamaha RX-King? Sampai hari ini "Si Raja Jalanan" masih seliweran dan tidak sedikit komunitas RX-King yang eksis dan punya anggota setia. Tapi kalau biker di tanya tentang Yamaha RX-Special (RXS) atau RX-R atau YT-115 (apalagi Yamaha L2G, AS1 alias YAS1, LS3, RS100, DT100, RX-100 atau RX-125), kemungkinan jawabannya "motor apaan tuch"? Kagak pernah liat dijalanan bro! Walaupun Yamaha RX-Special lahir sebelum RX-King, mungkin tidak banyak orang yang pernah menjajal si kakak kandung RX-King karena pamor dan penjualan-nya masih jauh di bawah adiknya. Ditambah lagi, mayoritas pemilik RXS adalah kaum bapak-bapak yang nggak doyan kebut-kebutan di jalan layaknya penunggang RX-King yang suka geber-geber motor dan nge-trek di cawang-tanjung priok-kemayoran (tapi nggak semua loh!). Kebetulan waktu GL-Pro Neotech 1997 saya raib digondol maling, saya "terpaksa" membeli RX-Special 1997. Walaupun nggak sedikit rider yang bilang RX...

Yamaha RX-King 1989: Si Raja Jalanan

Namanya juga anak muda, agak minder rasanya bawa motor tua ke sekolah. Kedua abang saya juga berasa minder bawa Honda C700 keluaran 1982 ke sekolah. Walhasil, mereka minta dibelikan motor keluaran baru. Jujur saja, saya sempat iri waktu ortu saya memutuskan membelikan kedua abang saya RX-King ketika mereka beranjak SMA. Maklum, waktu itu RX-King motor paling kenceng dan paling mahal se-Indonesia (Tiger, RXZ, RGR belum pada lahir bro!). Kawasaki Binter AR125 mungkin satu-satunya motor yang bisa disejajarkan dengan RX-King. Mungkin karena bapak dulu pernah kerja di Yamaha Motor Indonesia (era 70 s/d 80-an) dan bisa dapat potongan harga special barangkali. Singkat cerita, setiap menjelang malam minggu, kedua abang saya punya ritual wajib: "service" Yamaha RX-King. Simple aja: copot saringan udara dan ganti pakai saringan K&N, bersihkan karburator sekalian ganti spuyer main jet dan pilot jet sekalian stel karburator untuk setingan balap standard, ganti paking head den...